1. Telkomsel Digitalisasi Airport
Telkomsel bersama dengan Angkasa Pura II akan mengimplementasikan program Airport Community and Integrated Digital Airport di lingkungan bandara Angkasa Pura II sering dengan ditanda tanganinya Memorandum of Understanding (MoU) oleh kedua belah pihak. Kerja sama tersebut berupa pemanfaatan layanan produk telekomunikasi dan pembayaran berbasis digital (E-Payment) dan solusi bussines lainnya.
Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah dan Direktur Utama Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin di Hotel Club Med Nusa Dua, Bali kemarin (10/10). Ririek mengatakan, kerjasama dengan Angkasa Pura II merupkan keseriusan Telkomsel dalam bersinergi dengan BUMN. Sinergi ini diwujudkan dalam memberikan layanan produk telekomunikasi dan layanan pembayaran berbasis digital (E-Payment) meliputi layanan paket data dan e-payment system di lingkungan bandara Angkasa Pura II.
"Selain itu, kami memberikan solusi layanan Telkomsel myBussines Solution untuk mendorong terwujudnya integrated airport di bandara Angkasa Pura II. Kerjasama ini sejalan dengan misi kami untuk membangun ekosistem digital Indonesia dengan platform Device, Network dan Application (DNA)," ungkapnya.
"Layanan yang akan segera kita digitalkan antara lain adalah e-payment system dengan TCASH dan e-parking. dalam waktu dekat e-parking akan kita coba dahulu untuk parkir sepeda motor. Ditambah lagi teknologi Internet of Things (IoT) dari kami akan sangat membantu bisnis proses dalam segala bidang di lingkungan bandara. Untuk itu kami sangat senang dapat mendukung pengembangan smart airport ini," lanjut Ririek.
Tahapan awal dari kerjasama ini antara lain penjualan paket data Telkomsel. Dalam seminggu ke depan akan dibangun booth Te;komsel di kawasan transit terpadu atau transit oriented development (TOD) di pintu MI Bandara Soekarno-Hatta yang akan menjuall produk-produk telkomsel. Aakan dirancang juga produk khusus untuk memudahkan dan meringankan biaya para pekerja bandara. Awaluddin mengatakan, kerjasama ini akan menjadi community. Pengembangan bisnis ini menggunakan layanan Telkomsel di lingkungan bandara-bandara yang dikelola Angkasa Pura II.
"Kami optimis kerjasama dengan Telkomsel akan memberikan pertumbuhan dan percepatan layanan di bandara," pungkasnya.
2. Internet of Things Cocok Diaplikasikan ke Sektor Pertanian
Internet of Things (IoT) menjadi salah satu cabang teknologi yang kini dibicarakan banyak orang. Tak mustahil jika kedepannya, semuanya akan terkoneksi dengan internet. Misalnya, perangkat elektronik di rumah. Itu baru sebagian kecil yang digunakan oleh pengguna secara langsung. Bagaimana dengan skla industri yang lebih besar? Setiap negara, berbeda-beda dalam memprioritaskan untuk skala industri. Tergantung dari keunggulan industri di setiap negara. Begitu juga ndonesia.
Menurut Dirjen Aplikasi dan Informatika (Aptika) Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), Semuel Abrijanji Pengerapan, di negeri ini penerapan IoT untuk skala industri memiliki potensi yang besar untuk sektor pertanian.
"Negeri kita ini agraris potensi yang besar itu di sektor pertanian. Banayak hal yang bisa diterapkan IoT untuk sektor ini nanntinya," ujar dia usai acara Asia IoT Business Platform di Jakarta. Lebih lanjut, dikatakan pria yang karib disapa Semmy ini, misalnya saja untuk perikanan. IoT bisa digunakan untuk nelayan mencari ikan di laut. Mereka tak perlu repot-repot menggunakan cara yang tradisional.
"Kemudian kalau di peternakan, peternak bisa mengetahui masa hamil dari hasil ternaknya. Itu bisa menggunakan semacam sabuk yang melingkar untuk mendeteksi hal tersebut," ungkapnya.
Meski begitu, untuk nantinya bisa secara massif menerapkan IoT, dasarnya tetap infrastruktur internet menjadi tulang punggung bisa terciptanya IoT.
3. IoT dalam Kacamata Pengelola Bandar
Bertumbuhnya jumlah penumpang pesawat udara membuat pengelolaan bandara semakin rumit. Hal ini di alami oleh PT Angkasa Pura II (AP II) yang saat ini mengelola 13 bandar. Salah satunya bandara terbesar yang dikelola AP II adalah bandara sebesar Soekarno-Hatta. Bandara yang terletak di Cengkareng, Banten, ini adalah bandar tersibuk ke-8 di Asia dengan 54 juta penumpang pada 2015.
Di Spekrano-Hatta, lonjakan penumpang saat libur Lebaran atau saat libur panjang bisa mencapai 41% hingga 67%. Pada saat libur panjang, rata-rata penerbangan perhari bisa mencapai 1.172 penerbangan. Pada tahun lalu, jumlah penumpang di Bandara Soekarno-Hatta diperkirakan mencapai 57 juta penumpang, sementara di tahun depan diperkirakan mencapai 60 juta penumpang.
Tentunya pengelolaan cerdas dan terobosan teknologi sangat diperlukan bagi bandara sibuk seperti Soekarno-Hatta ini. JIka tidak, bisa terjadi kekisruhan mulai dari jadwal penerbangan hingga penumpang. Untuk itu, hadirnya Internet of Things menjadi sebuah peluang bagi AP II untuk meningkatkan layanannya, dalam rangka efisiensi dan efektivitas layanan dan daya saing AP II.
Oleh sebab itu, IoT-isasi di 13 bandara AP II akan dilakukan bertahap dengan pilot project di terminal III bandar soekarno-hatta. Di terminal III, IoT-isasi akan dimulai dari passenger movement dulu. Muali penumpang datang ke bandara, melewati pemeriksaan, ke counter check-in. sampai naik ke pesawat. Data ituyang bisa di capture oleh AP II, misal data bahwa penumpang akan pergi ke tempat kopi dulu saat menunggu boarding atau mengcapture data mengenai penegelolaan parkir, hingga keamanan bandara, serta data penggunanya seluler yang masuk ke BTS bandara.
Misalnya saja, untuk dulu pegawai yang tugasnya mengambil taksi.. Dulu sebelum ada layanan tiket digital, mereka harus mencatat calon penumpang taksi dan mengelola ketersediaan fleet. Namun kini, mereka bekerja lebih efisiensi sebab hanya tinggal mengelola jumlah taksi yangmasuk. Pegawai ini bisa memanfaatkan big data, yakni bisa dengan cepat memutuskan untuk menambah taksi jika penumpang sedang banyak.
Sementara dari sisi penumpang, rata-rata sudah teredukasi dengan baik dari sisi penggunaan smartphone. Sehingga jika kami tambahkan sejumlah fitur layanan, kemungkinan mereka akan senang untuk mencobanya alias tidak gagap. AP II tidak bisa bekerja sendiri untuk IoT-isasi. Kami akan bermitra, dengan mitra yang memiliki nama besae dan reoutasi yang baik, misalnya saja PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom), BUMN telkomunkiasi.
4. Internet of Things Transportasi Berbasis Bus
IoT pada dasarnya merupakan sebuah konsep yang bertujuan untuk memperluas manfaat dari konektivitas internet yang tersambung secara terus-menerus. IoT mengacu pada benda yang dapat didefinisikan secara unik sebagai representasi virtual dalam struktur berbasis Internet.
Dibanding aspek lain dalam beragam implementasi IoT, sektor transportasi bisa dibilang yang paling cepat mengena dalam mengenalkan IoT kepada masyarakat. Alasannya jelas, transportasi khususnya yang menyangkut layanan publik langsung dirasakan oleh masyrakat umum. Karena menyangkut mobilitas, maka IoT pada aspek transportasi akan terkait dengan jaringan teknologi berbasis nirkabel.
Dalam simulasi, ketika jaringan Wifi dapat disematkan di dalam moda transportasi massal, maka untuk seterusnya tak sulit untuk mewujudkan IoT dalam tujuan aplikasi-aplikasi yang berguna bagi penumpang lewat penerjemahan beragam sensor. Berdasarkan dari pergerakan teknologi dan kebutuhan tak hanya moda di darat yang bisa merasakan kecanggihan IoT, moda laut dan udara pun mendapat sentuhan IoT.
Di aspek transportasi darat, pabrikan otomotif lokal di Amerika Serikat-Local Motors bekerjasama perusahaan internet IBM Watson IoT membuat konsep bus yang bisa melaju tanpa sopir. Menariknya, bus yang dinamai Olli itu bisa diajak berkomunikasi. Meski baru sebatas propotipe, Local Motors dan IBM tela mendemontrasikan kebolehan bus konsep itu di jalanan sekitar Washington D.C. Bahkan, dua perusahaan itu menargetkan telah memiliki armada bus otonom National Harbor Shooping Center sepanjang sungai Potomac.
Keunggulan bus ini selain mampu melaju tanpa pengendalian seorang sopir atau otonom, juga kemampuannya untuk berkomunikasi dengan penumpang. Penumpang bus yang berkapasitas 12 orang itu, bisa memerintahkan bus untuk berjalan ke tempat yang dimaksud penumpang. Meski demikian, trayek yang dilalui bus ini telah di tentukan ke titik-titik tertentu. IBM Watson Internet of Things menyatakan, bus ini merupakan kendaraan pertama yang memanfaatkan kekuatan sistem komputer berbasis cloud dengan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).
5. Perancis Terapkan Internet of Things untuk Kendalikan Pintu Kereta
Internet of Things merupakan salah satu teknologi yang digunakan pada masa kini. Berbagai moda transportasi seperti bus dan kereta api dunia juga kini tengah menggunakan solusi berbasis IoT tersebut. Salah satu yang menggunakan IoT adalah perusahaan kereta nasional Perancis, French National Railways (SNCF).
Baru-baru ini SCNF menggunakan IoT untuk memantau status pintu kereta api penumpang. Sistem avise yang dikembangkan sebagai bagian dari program Digital SNCF hadir untuk digunakan memberitahukan secara otomatis kepada petugas kereta jika ada pintu gerbong Corail yang tidak tertutup dengan benar ketika kereta sedang melaju di rel.
Nantinya dalam sistem ini ada dua sensor yang akan memantau status pintu dan menerangi dengan lampu di lemari vestibulum jika pintu ternyata sudah aman dan benar dari jarak jauh. Status lampu tersebut kemudian diteruskan melalui modul komunikasi ke platform IoT SNCF yang membandingkan posisi semua pintu jereta dan mengeluarkan tanda peringatkan melalui ponsel cerdas petugas kereta api ketika mendeteksi anomali.
Sehingga hal ini memungkinkan pintu yang tidak aman bisa teridentifikasi dengan cepat. Rencananya SNCF akan menginstal Avise paa 350 kereta Corail yang digunakan pada layanan Intercitas. Tak hanya sistem Avise saja, pada Februari 2018 lalu, SNCF sendiri telah menggunakan platform Watson IoT berbasis cloud untuk menghubungkan seluruh sistem kereta api, rel kereta api dan stasiun kereta api. Ini digunakan untuk mengumpulkan secara real time pada data.
Dengan Platform tersebut, akan memungkinkan SNCF dalam mengelola peralatannya sehingga mampu meningkatkan kualitas, keamanan dan ketersediaan kereta api. Selain itu,, agar lebih efektif dalam mengumpulkan dan menganalisis data tersebut, SNCF juga mengembangkan sensor industri khusus yang di pasang di jalur dan kereta api. Sensor ini nantinya akan mengirimkan puluhan ribu titik secaraaman ke IBM Watsonn IoT platfrm di IBM Cloud secara real time. Ini juga memudahkan SNCF untuk memantau hingga 200 kereta jarak jauh sekaligs saat masalah potensial seperti pintu atau AC bermasalh dalam perjalannya.
6. Beragam Alasan StartUp e-Learning Akan Booming di 2018
Berkat jaringan dan teknologi yang semakin maju memudahkan individu untuk memeperkaya ilmunya. Salah satunya dengan metode belajar online. Metode ini mulai digemari, psalnya lebih mudah diakses oleh masyarakat. Tak hanya itu, metode ini dinilai lebih menguntungkan karena dapat menghemat waktu belajar,, biaya, serta lebih efektif.
Sebuah laporan baru berjudul "Indonesia Digital Education and E-Learning Market Outlook to 2018 - Rising Trend of Blended to Drive the Future Growth" mencatat bahwa total pengeluaran untuk pendidikan digital di Indonesia telah berkembang dalam lima tahun terakhir, dan ada peningkatan kolaborasi anatara institusi pendidikan dan penyedia pendidikan digital untuk melengkapai kelas mereka dengan fasilitas pendidikan digital. Tentunya, ini merupakan titik cerah bagi segmen e-learning di Indonesia. Indonesia juga diproyeksikan menjadi top 5 buyers monile learning products and services di seluruh dunia bersama China, Amerika Serikat, India, dan Brazil.
Hal ini mendasari squline, sebuah platform belajar bahasa secara online, untuk mengembangkan bisnis dan menjawab potensi yang digadang-gadang selama ini. "Squline hadir untuk memenuhi permintaan kebutuhan akan keterampilan bahasa asing di tanah air. Squline adalah platform pembelajaran online yang dibuat untuk menghubungkan siswa dengan guru bahasa asing profesional seperti Bahsa Inggris, Bhasa Mandarin, dan Bahasa Jepang," ujar Tomy Yunus, CEO Squline.
Baginya squline juga menawarkan pendekatan pembelajaran bahasa baru dengan menghubungkan siswa dengan guru asli di seluruh dunia untuk berlatih dan meningkatkan kemampuan bahasa percakapan, kapanpun dan dimanapun. Ia juga meyakini metode pembelajaran seperti yang di terapkan oleh Squline semakin memudahkan individu untuk memperkaya kemampuan bahasanya. "Kami percaya cara terbaik untuk belajar bahasa adalah belajar dari guru asing melalui interaksi dengan guru professional sebanyak mungkin," imbuhnya.
7. Startup Bukalapak
Perusahaan jasa transportasi online ini pertama kali dirikan pada tahun 2010 oleh Nadien Makarim di jakarta. Gojek merupakan salah satu contoh bisnis startup dengan pertumbuhan sangat cepat dan telah menjadi Unicorn di Indonesia. Istilah Unicorn adalah sebutan pada startup yang telah memiliki valuasi lebih dari $1 milliar. Perusahaan startup ini bergerak dibidang transportasi online telah berhasil mengubah gaya hidup sebagian masyarakat di Indonesia dengan menggunakan layanan transportasi berbasis aplikasi.
8. Startup Bukalapak
Perusahaan rintisan ini pertama kali di launching pada tanggal 10 januari 2010 oleh Achmad Zaky yang juga sebagai Founder dan CEO PT.Bukalapak saat ini. Bukalapak adalah salah satu marketplace (pasar daring) terbesar dan terpopuler di Indonesia. Perusahaan startup Indonesia ini menyediakan fasilital penjualan dari dengan sistem costumer to costumer(C2C) dimana semua orang dapat membuka toko online secara gratis. Kemudian pemilik took online dapat melayani pembeli di seluruh Indonesia baik dalam jumlah satuan maupun pantai besar. Di bukalapak pengguna perorangan ataupun perusahaan dapat membeli atau menjual berbagai produk baik bekas atau baru.
9. Startup Tokopedia
Secara resmi Tokopedia didirikan pada tanggal 06 Februari 2009 dan diluncurkan ke publik pada tanggal 17 Agustus 2018 oleh Willian Tanuwijayadan Leontinus Alpha Edison. Bersama dengan Bukalapak, saat ini Tokopedia telah berhasil menjadi salah satu marketplace terbesar di Indonesia. Dengan menggunakan Tokopedia maka semua orang baik individu atau brand besar dapat membuka dan mengelola toko online secara gratis. Tokopedia adalah startup teknologi pertama di asia tenggara berhasil memperoleh pendanaan investasi sebesar us$ 100 juta dari Sequoia Capital dan Softbank Internet andMedia Ink.
10. Startup Tiket.com
Tiket.com merupakan startup Indonesia yang menyediakan layanan pemesanan tiket pesawat, kereta api, hotel, tiket konser, dll yang bebasis di Jakarta. Perusahaan ini pertama kali di dirikan pada bulan agustus 2011 oleh Wemas Agusetiawan, Dimas Surya Yaputra, Natali Ardianto dan Mikhael Gaery Undarsa. Pada awalnya perusahaan rintisan dicetuskan oleh Wenas Agusetiawan dengan membeli domain Tiket.com lalu mengajak beberapa temannya untuk merintis situs pemesana tiket pesawat dan kereta api. Tiket.com pada saat ini telah membuktikan sebagai salah satu situs booking online yang terpercaya di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar